Multiple Intelligences (MI)
Apakah Anak – Anak Cerdas? YA. Setiap Anak Cerdas
Kata “cerdas” seringkali dikaitkan dengan keberhasilan anak di sekolah, khususnya dalam kemampuan meraih prestasi akademik yang baik. Namun, hasil penelitian menunjukan bahwa keceradasan seorang anak tidak bisa diukur atau dinilai hanya dari akademik yang diperolehnya di sekolah.
Howard Gardner mengemukakan bahwa paling tidak ada 9 jenis kecerdasan dalam diri seorang anak, yaitu: Kecerdasan Linguistik, Visual Spasial, Logis Matematis, Musik, Intrapersonal, Interpersonal, Alam, Kinestetik, dan Eksistensialis. Setiap anak memliki 9 jenis kecerdasan tersebut, masing-masing dengan kadar dan kombinasi yang berbeda. Perpaduan beragam jenis kecerdasan inilah yang dinantinya akan berpengaruh besar dalam masa depan seorang anak.
Oleh sebab itu, penting bagi para Orang Tua dan para Pendidik untuk mengenali serta mengembangkan semua jenis kecerdasan anak sehingga masing-masing anak dapat bertumbuh secara optimal sesuai dengan potensi kecerdasan yang sudah Tuhan berikan dalam diri masing-masing anak secara khusus.
Mengenali serta Menggali Potensi Kecerdasan Anak
Menurut Gardner, dalam rentang usia 0-7 tahun, seorang anak berada dalam Tahap EKSPLORASI. Ini adalah masa yang sangat tepat untuk mengenali ragam kecerdasan yang menonjol melalui lingkungan yang kaya stimulasi. Pada usia ini, anak perlu dibebaskan untuk memilih jenis-jenis aktivitas yang disukainya sehingga baik anak maupun orang tua dan guru akhirnya dapat MENGENALI kombinasi kecerdasan anak yang cenderung menonjol / kuat maupun jenis-jenis kecerdasan mana yang kelihatannya kurang berkembang.
Manfaat yang diperoleh anak bila dia TAHU apa kelebihan serta kekurangannya adalah rasa percaya diri yang sehat. Berangkat dari potensi kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak, orang tua dan guru dapat bekerjasama untuk mengembangkan diri anak dengan lebih baik.
Yang perlu di hindari oleh orang tua maupun guru dalam tahap ini adalah memberikan judgment yang terlalu dini kepada anak, misalnya: “ Oh, anak saya pandai musik, jadi lebih baik saya melatih bidang musik saja supaya dia menjadi musikus”. Bukannya menggali seluruh potensi anak, sikap ini malah merugikan karena cenderung mempersempit biidang keahlian anak.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh para orang tua dan guru selama periode EKSPLORASI ini adalah menyediakan lingkungan yang kondusif supaya seluruh jenis kecerdasan yang ada dalam diri anak dapat bertumbuh secara optimal.
Periode perkembangan berikutnya, disebut oleh Gardner sebagai Tahap SPESIALISASI (rentang usia 7-14 tahun), yaitu suatu masa di mana anak telah mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu yang diminatinya hingga menjadi kompeten atau “ahli di bidangnya”. Apa yang berhasil dicapai oleh anak selama periode ini akan meningkatkan dan memantapkan rasa percaya dirinya yang sehat , sehingga dia siap memasuki periode perkembangan berikutnya.
Dalam tahap perkembangan yang ke-3 yang disebut sebagai Tahap SITENSIS, si anak sudah memasuki usia remaja. Dalam tahapan ini mereka sudah siap untuk mengaplikasikan kompetensinya dalam konteks dunia nyata. Ini adalah masa di mana mereka mulai belajar dan sudah dapat menerapkan kombinasi kecerdasannya dalam praktek hidup sehari-hari yang lebih kompleks. Mereka akan bertumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri, mampu mengatasi masalah hidup, serta dapat menerima serta mengembangkan dirinya sendiri.
Bagaimana Membantu Anak Mengoptimalkan kecerdasannya?
Hal umum yang sering terjadi selama ini adalah, bila anak memiliki kelemahan dalan satu bidang tertentu, maka orang tua dan guru akan menambah waktu, tenaga, serta segala daya upaya untuk berkutat dan terus-menerus berada dalam bidang tersebut.
Misalnya, bila ada anak TK dinilai kurang dalam keterampilan menulis (Kecerdasan Lingustik) maka dia akan diberi tambahan pelajaran / les menulis, bila perlu ditambah pekerjaan rumah dan tugas-tugas menulis lainnya. Contoh lain, bila anak SD dinilai kurang dalam pelajaran matematika, maka dia akan diberi tugas rumah dan soal-soal matematika lebih banyak serta lebih sering, bahkan mungkin mengikuti kursus matematika di luar jam pelajaran sekolah.
Berfokus pada KELEMAHAN anak untuk memperbaikinya justru cenderung untuk semakin memperkuat kelemahan itu sendiri dan membuat anak tersiksa secara mental. Akan lebih baik bila orang tua dan guru bekerjasama untuk memperbaiki kelemahan anak melalui KEUNGGULAN yang dimiliki si anak tersebut.
Bila anak TK dalam kasus di atas ternyata suka menggambar (Kecerdasaan Visual) misalnya maka orang tua dan guru dapat mengembangkan kegemaran untuk menulis melalui aktivitas visual. Bila anak SD dalam kasus di atas ternyata suka olah raga (Kecerdasan Kinestetik / Tubuh), maka kecintaan akan materi matematika bisa di kembangkan melalui kegiatan atau soal-soal yang terkait dengan dunia olah raga.
“Belajar akan efektif kalau Anda dalam keadaan FUN”, demikian ungkap Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam buku mereka yang berjudul Revolusi Cara Belajar. Jadi, daripada berpusat pada ketidakmampuan anak, yang biasanya diikuti pula oleh perasaan tidak suka akan materi yang tidak dapat dikuasai tersebut, lebih baik memanfaatkan kekuatan / potensi anak untuk memperbaiki kekurangannya.
Pelayanan Anak dengan filosofi Multiple Intelligences (MI)
Periode EKSPLORASI
Penting bagi anak untuk menikmati area bermain yang memungkinkan mereka untuk mencoba segala macam aktivitas yang mewakili beragam jenis kecerdasan.
Tugas orang tua dan guru adalah menjadi Obsever serta teman bermain anak, bukan sebagai orang dewasa yang tahu segalanya, yang mendikte cara-cara bermain, atau yang menentukan jenis mainan anak.
Penulis sementara berfokus pada apa yang disebut pada periode ini, yakni periode eksplorasi. Dengan sumber daya YGTI yang ada kami mencoba membuka sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Mutiaraku dibawah Manajemen Bogor Edu Center (BEC). Salah satu tujuan Lembaga ini adalah membantu para orang tua agar MENGENAL sejak dini Kemampuan dan Kelemahan anak-anak mereka. Sehingga kami bisa memberikan Penjelasan, Penerapan, dan juga jalan keluar secara melalui pendekatan ilmiah dan empirik.
Periode SPESIALISASI
Anak-anak akan menjadi lebih antutias belajar saat mereka diberi pilihan untuk menentukan sendiri dengan cara apa mereka akan memperdalam materi pelajaran yang telah diperolehnya.
Bogor Edu Center yang menggunakan filosofi MI akan memperlihatkan suasana kelas yang hidup dengan anak-anak aktif belajar melalui berbagai macam kegiatan / cara. Guru MI lebih berperan sebagai desainer aktivitas, manager informasi, dan fasilitator daripada sebagai penceramah. Pembelajaran ala MI dinyatakan berhasil apabila anak-anak terlibat aktif dalam berbagai pilihan aktivitas belajar yang dilakukannya secara mandiri namun masing-masing mengarah pada tujuan pembelajaran yang sama.
Periode SINTESIS
Yang paling ideal bagi anak remaja adalah dengan melibatkan mereka dalam sebuah proyek. Di mana setiap anggota tim memiliki tugas serta tanggung jawab masing-masing yang saling terkait, sehingga selain belajar untuk mengaplikasi keahliannya, mereka juga belajar untuk saling berinteraksi dan bekerjasama sepertinya layaknya kehidupan di dunia kerja dan masyarakat luas. Dalam masa ini, perlu ditekankan pentingnya penerapan Practical Interlligences, yaitu kemampuan untuk menghadapi serta menyelesaikan masalah hidup secara nyata.
Filosofi Multiple Interlligences memberi sumbangsih yang nyata dalam proses pendidikan anak secara utuh. Di mana seorang anak tidak lagi dinilai berdasarkan jenis-jenis tes tertentu ynag kurang manusiawi, melainkan dihargai keunikannya serta diberi kesempatan untuk bertumbuh serta berkembang sesuai dengan potensi kecerdasan yang sudah Tuhan titipkan dalam diri mereka masing-masing.
Biarlah bunga mawar tumbuh menjadi bunga mawar yang cantik, biarlah bunga melati tumbuh menjadi bunga melati yang harum, dan bunga matahari tumbuh menjadi bunga matahari yang anggun. Biarlah masing-masing anak kita boleh tumbuh menjadi seperti yang Tuhan rencanakan bagi mereka masing-masing. Dan biarlah kita sebagai orang tua dan guru boleh menjadi tanah yang subur bagi anak-anak kita untuk bertumbuh.
8 Jenis Kecerdasan menurut Howard Gardner
1. Kecerdasan Linguistik: Word Smart
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain: guru, orator, bintang film, presenter TV pengacara, penulis, dsb.
2. Kecerdasan Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan Logis-matematis melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: akuntan pajak, programmer, ahli matematika, ilmuwan, dsb.
3. Kecerdasan Spasial: Picture Smart
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat mnghias ruma atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb. Pekerjaan yang mengutamakan keserdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu,designer,dsb.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan Kinestik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan taangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olahraga, dansa, dsb. Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain pantonim, aktor, penjahiit, ahli bedah, dsb.
5. Kecerdasan Musikal: Music Smart
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekadar menikmati musik.
Dalam keseharian, kita mendapatmanfaat dari kecerdasan ini dalam banyal hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio,dsb. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6. Kecerdasan Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan dan seringkali disebut sebagai “yang lebih penting” dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan antarpribadi ini memanipulasi, kemampuan “membaca orang”, kemampuan berempati, kemampuan berteman, dsb. Segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7. Kecerdasan Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “ siapa diri saya sebenarnya” untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang menuntut kecerdasan intrapribadi antara lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8. Kecerdasan Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan Naturalis antara lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.